Mungkin
sudah tidak asing lagi kata “Cahaya Bulan” berseliweran di kuping para pecinta film
Gie? Yap, Cahaya Bulan adalah salah satu
sountrack film Gie yang digarap oleh
sutradara andal Riri Riza. Lagu Cahaya Bulan ini diciptakan oleh Eross SO7 dan
dinyanyikan oleh Okta. Standing applaus
untuK Eross SO7, saya akui Eross adalah
pencipta lagu yang andal dengan permainan lirik yang apik. Suka atau tidak suka
adalah masalah selera tapi kalau boleh berpendapat hampir semua lirik lagu yang
diciptakan Eross entah untuk band Sheila On 7 atau lagu-lagu lain yang
diciptakan olehnya mengandung diksi yang baik. Saya suka sekali pemilihan kata
yang dalam dan bermakna. Bisa didengar dari salah dua lagunya yaitu “Cahaya
Bulan” dan “Gie”, kedua lagu tersebut dominan dengan petikan gitar Eross.
Sebagai pengingat
saja Film ini diangkat dari sebuah kisah
nyata seorang mahasiswa bernama Soe Hoek Gie dalam melawan pemerintahan diktaktor,
kisah ini juga diitulis terlebih dahulu dalam buku yang berjudul “Catatan
Seorang Demonstran” yang ditulis oleh Gie sendiri. Film ini memenangkan tiga
penghargaan, yaitu dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas
Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau).
Untuk
mahasiswa yang berjiwa nasionalis, setelah menonton film Gie dan mendengar sountrack lagunya pasti adrenalinnya
semakin terpacu ya untuk memompa semangat juang. Tapi berjuangnya dengan cara
cerdas yaa... ^_^
Ini ada
sedikit puisi dari kutipan di buku “Catata seorang demostran” dan lirik lagunya.
Selamat disantap dan selamat menikmati.
Puisi sebuah tanya
– Gie
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan-pelan
Di lembah kasih, lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap kau
Dekaplah lebih mesra, lebih dekat
Lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara
Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta
Hari pun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi suram
Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
Dalam bahasa yang kita tidak mengerti
Seperti kabut pagi itu
Manisku, aku akan jalan terus
Membawa kenang-kenangan dan harapan-harapan
Bersama hidup yang begitu biru
Cahaya Bulan
Cipt. Eros
Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya kota
kelam mesra menyambut sang petang
Di sini ku
berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari
terbit menghangatkan bumi?
Aku orang malam
yang membicarakan terang
Aku orang
tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Perlahan sangat
pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya nyali
besar mencuat runtuhkan badai
Di sini ku
berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah
pelangi tak berujung sampai di bumi?
Aku orang malam
yang membicarakan terang
Aku orang
tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Cahaya bulan
menusukku, dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan
pernah kutahu, di mana jawaban itu
Bagai letusan
berapi, bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya
berdiri, mencari jawaban kegelisahan hati
Terangi dengan
cinta di gelapku
Ketakutan
melumpuhkanku
Terangi dengan
cinta di sesatku
Di mana jawaban
itu?
#ditulis dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar