5.3.13

Cahaya Bulan



Mungkin sudah tidak asing lagi kata “Cahaya Bulan” berseliweran di kuping para pecinta film Gie? Yap, Cahaya Bulan adalah salah satu sountrack film Gie yang digarap oleh sutradara andal Riri Riza. Lagu Cahaya Bulan ini diciptakan oleh Eross SO7 dan dinyanyikan oleh Okta. Standing applaus untuK Eross SO7, saya akui Eross  adalah pencipta lagu yang andal dengan permainan lirik yang apik. Suka atau tidak suka adalah masalah selera tapi kalau boleh berpendapat hampir semua lirik lagu yang diciptakan Eross entah untuk band Sheila On 7 atau lagu-lagu lain yang diciptakan olehnya mengandung diksi yang baik. Saya suka sekali pemilihan kata yang dalam dan bermakna. Bisa didengar dari salah dua lagunya yaitu “Cahaya Bulan” dan “Gie”, kedua lagu tersebut dominan dengan petikan gitar Eross.
Sebagai pengingat saja Film ini diangkat  dari sebuah kisah nyata seorang mahasiswa bernama Soe Hoek Gie dalam melawan pemerintahan diktaktor, kisah ini juga diitulis terlebih dahulu dalam buku yang berjudul “Catatan Seorang Demonstran” yang ditulis oleh Gie sendiri. Film ini memenangkan tiga penghargaan, yaitu dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau).
Untuk mahasiswa yang berjiwa nasionalis, setelah menonton film Gie dan mendengar sountrack lagunya pasti adrenalinnya semakin terpacu ya untuk memompa semangat juang. Tapi berjuangnya dengan cara cerdas yaa... ^_^

Ini ada sedikit puisi dari kutipan di buku “Catata seorang demostran” dan lirik lagunya. Selamat disantap dan selamat menikmati.

Puisi sebuah tanya
 – Gie

Akhirnya semua akan tiba
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipis pun turun pelan-pelan
Di lembah kasih, lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap kau
Dekaplah lebih mesra, lebih dekat

Lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara
Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita

Apakah kau masih akan berkata
Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Hari pun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi suram
Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
Dalam bahasa yang kita tidak mengerti
Seperti kabut pagi itu

Manisku, aku akan jalan terus
Membawa kenang-kenangan dan harapan-harapan
Bersama hidup yang begitu biru





Cahaya Bulan
Cipt. Eros

Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari terbit menghangatkan bumi?
Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya nyali besar mencuat runtuhkan badai
Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi?
Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Cahaya bulan menusukku, dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu, di mana jawaban itu
Bagai letusan berapi, bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri, mencari jawaban kegelisahan hati
Terangi dengan cinta di gelapku
Ketakutan melumpuhkanku
Terangi dengan cinta di sesatku
Di mana jawaban itu?

#ditulis dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar