Orang Optimis dan Orang Pesimis:
Sebuah Dongeng
Oleh Randy Flood
Ketika dia menulis cerita ini, Randy Flood masih duduk di SMP di North Bend High School di North Bend, Oregon. Dia adalah seorang pendebat paling baik dalam tim debat.
Pada masa lalu, di daerah yang tidak terlalu jauh dari sini, ada seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra pertamanya bernama Adam, ia adalah seorang yang optimis dan extrem. Putranya yang kedua bernama Argot, Argot adalah seorang yang pesimis. Adam dan Argot adalah anak kembar, dan di kerajaan itu terjadi perdebatan hebat mengenai putra mana yang seharusnya menggantikan kedudukan raja ketika raja mangkat. Sebelum dia wafat, raja memutuskan agar dewan yang terdiri dari para penasihatnya yang paling dekat harus membuat keputusan.
Setelah raja meninggal, dewan memutuskan bahwa Adam dan Argot harus berkeliling dalam kerajaan itu dan berdebat mengenai apakah sesuatu baik atau buruk. Siapa di antara kedua bersaudara ini yang memenangkan perdebatan akan diangkat menjadi raja. Dan demikianlah Adam, Argot, dan dewan berjalan berkeliling kerajaan.
Ketika mereka berjalan, mereka bertemu dengan petani yang kelaparan. “Lihat,” kata Argot, “Mereka tidak mempunyai makanan dan mereka kelaparan. Pasti ini merupakan bukti bahwa dunia adalah tempat yang mengerikan.”
“Bukan,” jawab Adam, “Kekurangan makanan mengasah jiwa kita. Mungkin mereka memang tidak mempunyai makanan, tetapi mereka belajar pelajaran yang baik sekali. Kesabaran lebih berharga daripada makanan.”
Berjalan lebih jauh, mereka bertemu dengan seorang tunanetra. “Pasti dunia ini merupakan tempat yang mengerikan, kalau Tuhan membuat semua orang menjadi tunanetra!” kata Argot.
“Sekali lagi kamu salah,” jawab Adam. “Walaupun orang ini tidak dapat melihat, indranya yang lain menjadi lebih peka. Dia dapat mengetahui apakah seseorang berbohong dari nada suaranya. Dia mempunyai posisi yang lebih menguntungkan karena tunanetra.”
Akhirnya, mereka bertemu dengan orang yang sakit menjelang ajalnya. “Ini mengerikan!” cetus Argot. “Ada orang yang meninggal di pinggir jalan, dan tidak seorang pun yang cukup peduli untuk membantu dia. Ini membuktikan bahwa dunia ini adalah tempat yang mengerikan.”
“Semua orang akan meninggal,” jawab Adam. “Meninggal bukan sesuatu hal yang buruk. Orang ini akan segera bersama Tuhan.”
“Saya sudah cukup banyak mendengar,” kata salah seorang anggota dewan. “Sudah jelas bagi saya siapa yang akan menjadi penguasa yang lebih baik. Adam menunjukkan bahwa petani kelaparan dapat menarik pelajaran dari bersikap sabar. Dia menunjukkan bahwa orang tunanetra mempnyai indra yang lebih peka, dan bahwa orang yang sekarat akan lebih baik kalau dia meninggal. Apa yang mungkin dapat dikatakan Argot sekarang?”
“Izinkan saya bila Anda berkenan, untuk memberikan demonstrasi kecil,” kata Argot. “Apakah sasaran utama dari penguasa adalah membantu rakyat?”
“Ya, tentu saja,” kata dewan menyetujui.
“Bagaimana seorang penguasa dapat membantu rakyatnya bila dia tidak dapat melihat masalah mereka?” tanya Argot.
“Saya akan mampu melihat masalah mereka, bila mereka memang mempunyai masalah,” kata Adam. “Tetapi saya memastikan kepada kalian semua bahwa mereka tidak mempunyai masalah.”
“Kamu yakin bahwa orang tunanetra itu memang lebih baik tidak dapat melihat?” Argot bertanya kepada mereka semua.
“Ya,” mereka menjawab serentak.
“Kalau demikian tutup mata kalian semua,” Argot memberi perintah. “Kalian semua, tutup mata kalian. Sekarang, apakah kalian yakin bahwa bersabar lebih baik dari makanan?”
“Benar,” jawab mereka lagi, mata mereka masih ditutup rapat-rapat.
“Kalau begitu, saya meminta bahwa tidak seorang pun yang membuka matanya sampai saya memberi perintah,” kata Argot.
Diam-diam, Argot menghunus pedangnya dan membantai saudaranya. Dia kemudian membersihkan pedangnya dan membuangnya. “Buka mata kalian sekarang,” katanya.
“Ya, Tuhan,” mereka berteriak, “Adam mati! Kamu membunuh saudaramu sendiri!”
“Dengan demikian keputusan kalian akan menjadi mudah,” jawab Argot.
“Tetapi kami seharusnya memilih Adam!” kata seorang anggota dewan.
“Saya yang memenangkan perdebatan,” jelas Argot. “Menjadi buta membuat kalian tidak dapat mencegah aku dari membunuh saudaraku. Jadi, menjadi buta tidak terlalu baik. Bersikap sabar membuat kalian tidak membuka mata dan melihat apa yang aku lakukan. Jadi, bersabar dengan begitu bagus? Dan bila orang lebih baik mati, maka saudaraku lebih baik mati, dan apa yang aku lakukan mempunyai alasan yang benar. Adam mati, dan dengan demikian kalian harus mengangkat aku menjadi Raja.”
“Anda menjelaskan dengan sangat baik, Argot,” kata anggota dewan paling tinggi. Kemudian dia menoleh kepada anggota yang lain. “Aku yakin bahwa Argot adalah raja yang baru.”
Semua anggota dewan setuju, dan dengan demikian Argot Agung naik tahta. Dia memerintah selama bertahun-tahun, dan walaupun dia hampir selalu tidak bahagia, negara dan rakyatnya makmur.
Oleh Randy Flood
Ketika dia menulis cerita ini, Randy Flood masih duduk di SMP di North Bend High School di North Bend, Oregon. Dia adalah seorang pendebat paling baik dalam tim debat.
Pada masa lalu, di daerah yang tidak terlalu jauh dari sini, ada seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra pertamanya bernama Adam, ia adalah seorang yang optimis dan extrem. Putranya yang kedua bernama Argot, Argot adalah seorang yang pesimis. Adam dan Argot adalah anak kembar, dan di kerajaan itu terjadi perdebatan hebat mengenai putra mana yang seharusnya menggantikan kedudukan raja ketika raja mangkat. Sebelum dia wafat, raja memutuskan agar dewan yang terdiri dari para penasihatnya yang paling dekat harus membuat keputusan.
Setelah raja meninggal, dewan memutuskan bahwa Adam dan Argot harus berkeliling dalam kerajaan itu dan berdebat mengenai apakah sesuatu baik atau buruk. Siapa di antara kedua bersaudara ini yang memenangkan perdebatan akan diangkat menjadi raja. Dan demikianlah Adam, Argot, dan dewan berjalan berkeliling kerajaan.
Ketika mereka berjalan, mereka bertemu dengan petani yang kelaparan. “Lihat,” kata Argot, “Mereka tidak mempunyai makanan dan mereka kelaparan. Pasti ini merupakan bukti bahwa dunia adalah tempat yang mengerikan.”
“Bukan,” jawab Adam, “Kekurangan makanan mengasah jiwa kita. Mungkin mereka memang tidak mempunyai makanan, tetapi mereka belajar pelajaran yang baik sekali. Kesabaran lebih berharga daripada makanan.”
Berjalan lebih jauh, mereka bertemu dengan seorang tunanetra. “Pasti dunia ini merupakan tempat yang mengerikan, kalau Tuhan membuat semua orang menjadi tunanetra!” kata Argot.
“Sekali lagi kamu salah,” jawab Adam. “Walaupun orang ini tidak dapat melihat, indranya yang lain menjadi lebih peka. Dia dapat mengetahui apakah seseorang berbohong dari nada suaranya. Dia mempunyai posisi yang lebih menguntungkan karena tunanetra.”
Akhirnya, mereka bertemu dengan orang yang sakit menjelang ajalnya. “Ini mengerikan!” cetus Argot. “Ada orang yang meninggal di pinggir jalan, dan tidak seorang pun yang cukup peduli untuk membantu dia. Ini membuktikan bahwa dunia ini adalah tempat yang mengerikan.”
“Semua orang akan meninggal,” jawab Adam. “Meninggal bukan sesuatu hal yang buruk. Orang ini akan segera bersama Tuhan.”
“Saya sudah cukup banyak mendengar,” kata salah seorang anggota dewan. “Sudah jelas bagi saya siapa yang akan menjadi penguasa yang lebih baik. Adam menunjukkan bahwa petani kelaparan dapat menarik pelajaran dari bersikap sabar. Dia menunjukkan bahwa orang tunanetra mempnyai indra yang lebih peka, dan bahwa orang yang sekarat akan lebih baik kalau dia meninggal. Apa yang mungkin dapat dikatakan Argot sekarang?”
“Izinkan saya bila Anda berkenan, untuk memberikan demonstrasi kecil,” kata Argot. “Apakah sasaran utama dari penguasa adalah membantu rakyat?”
“Ya, tentu saja,” kata dewan menyetujui.
“Bagaimana seorang penguasa dapat membantu rakyatnya bila dia tidak dapat melihat masalah mereka?” tanya Argot.
“Saya akan mampu melihat masalah mereka, bila mereka memang mempunyai masalah,” kata Adam. “Tetapi saya memastikan kepada kalian semua bahwa mereka tidak mempunyai masalah.”
“Kamu yakin bahwa orang tunanetra itu memang lebih baik tidak dapat melihat?” Argot bertanya kepada mereka semua.
“Ya,” mereka menjawab serentak.
“Kalau demikian tutup mata kalian semua,” Argot memberi perintah. “Kalian semua, tutup mata kalian. Sekarang, apakah kalian yakin bahwa bersabar lebih baik dari makanan?”
“Benar,” jawab mereka lagi, mata mereka masih ditutup rapat-rapat.
“Kalau begitu, saya meminta bahwa tidak seorang pun yang membuka matanya sampai saya memberi perintah,” kata Argot.
Diam-diam, Argot menghunus pedangnya dan membantai saudaranya. Dia kemudian membersihkan pedangnya dan membuangnya. “Buka mata kalian sekarang,” katanya.
“Ya, Tuhan,” mereka berteriak, “Adam mati! Kamu membunuh saudaramu sendiri!”
“Dengan demikian keputusan kalian akan menjadi mudah,” jawab Argot.
“Tetapi kami seharusnya memilih Adam!” kata seorang anggota dewan.
“Saya yang memenangkan perdebatan,” jelas Argot. “Menjadi buta membuat kalian tidak dapat mencegah aku dari membunuh saudaraku. Jadi, menjadi buta tidak terlalu baik. Bersikap sabar membuat kalian tidak membuka mata dan melihat apa yang aku lakukan. Jadi, bersabar dengan begitu bagus? Dan bila orang lebih baik mati, maka saudaraku lebih baik mati, dan apa yang aku lakukan mempunyai alasan yang benar. Adam mati, dan dengan demikian kalian harus mengangkat aku menjadi Raja.”
“Anda menjelaskan dengan sangat baik, Argot,” kata anggota dewan paling tinggi. Kemudian dia menoleh kepada anggota yang lain. “Aku yakin bahwa Argot adalah raja yang baru.”
Semua anggota dewan setuju, dan dengan demikian Argot Agung naik tahta. Dia memerintah selama bertahun-tahun, dan walaupun dia hampir selalu tidak bahagia, negara dan rakyatnya makmur.
#Catatan ini diambil dari Catatan Facebook seorang Agus Hermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar